Sabtu, 20 Januari 2024

Resolusi?

    Da, ini sudah tahun 2024. Berarti sudah 8 tahun ya kita berpisah? Rasanya baru kemarin kamu nganter aku pulang, saling merayakan kesedihan dan kebahagiaan bersama. Sekadar naik motor menikmati pemandangan malam kota Jogja. Aku juga masih dapat mengingat dengan jelas terakhir kali kita ke pantai Parangtritis, kau minta dibelikan layang-layang, kau asik bermain layang-layang, dan aku yang diam mengabadikan setiap momen dalam ingatan, hati dan kameraku.
    Jika boleh membuat resolusi setiap tahunnya sama, maka akan kubuat demikian. Resolusi tahun-tahunku tanpamu adalah keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih terbiasa tanpa harus membayangkan wajahmu. 
    Mungkin kelak semua akan menjadi nyata ketika waktu bekerja dengan segala kebijakannya, mengingatmu bukan lagi hal yang istimewa, mungkin sekadar tautan memori yang lewat sekilas dan membuatku tersenyum untuk sedikit mengenang sesaat. Ya, sesaat. 

Selasa, 26 Desember 2023

Biru

 Jika hujan adalah milik rindu

lantas, panas siapakah yang membakar hatiku?

Cemburu? kukira itu hanya bentuk warna biru

Tapi konon api biru itu lebih panas



Selasa, 28 November 2023

Ceritaku lagi, Da.

    Da, kamu lagi ngapain? Aku sudah makan, tapi aku masih merindukanmu. Aku masih sering mendengarkan lagu-lagu melow walau kamu pernah bilang untuk menguranginya karena hanya akan membuatku sedih. Kamu tidak suka melihatku sedih, walau ketika aku sedih kamu akan selalu betah menghiburku.
    Da, aku masih sering melihat beberapa kenangan di dalam foto-foto lama walau secara fisik tidak ada gambar dirimu di dalamnya. 
Da, apakah aku terlalu mencintaimu atau sekadar sikap egois ingin memilikimu?
    Hmm, aku bosan, Da. Untuk pertama kalinya aku merasakan bosan menjalani pekerjaanku yang selama ini kunikmati. Aku merasa semua yang kulakukan tidak pernah ada perubahan berarti. Tidak ada hal besar dan benar yang kulakukan, hanya kesalahan dan ketidaksukaan yang kuterima. Da, aku sangat menyayangi mereka, muridku. Tidak ada hal yang ingin lebih kuperjuangkan selain kemerdekaan belajar mereka. Apakah aku salah jika aku lebih betah berada di sekitar mereka daripada di sekitar rekan kerja? Mungkin karena sikap mereka banyak mengingatkanku pada kejujuran sikap kita selama bersama. Ya, kita seringkali kekanakan. Mungkin karena cerita masa kecil kita yang sama-sama belum selesai dengan inner child. Tapi aku merasa beruntung karena bisa menunjukkan secara jujur segala kekurangan sifatku di depan orang yang kucintai. Demikian diriku pun merasa juga beruntung karena dapat melihat kejujuran sikap kekanakan yang tak pernah kau perlihatkan pada siapapun sebelumnya.
    Da, walau kita tidak dapat bersama sebagai jodoh, tapi dapat kupastikan engkaulah orang pertama dan terakhir yang selalu kurindukan dan kucintai.
Maaf ya, aku yang selalu egois dengan perasaanku. Terima kasih, Da. Atas segala cinta dan waktu yang pernah kita lalui bersama.

Minggu, 26 November 2023

Ceritaku Hari Ini, Da.

    Da, ternyata sesepi ini ya melewati hari rindu tanpa kehadiranmu? Malam ini hujan, dan sepertinya esok aku akan mendapat suatu teguran dari atasan karena segala amarah tidak terkendaliku tadi siang. Ya, aku masih seemosi itu menghadapi sesuatu, kecuali dirimu. Kau, adalah luluhku. Mencintaimu melembutkan hatiku. Kamu penasaran ya tentang apa yang terjadi tadi? Baiklah. Mari kuceritakan singkat saja, karena yang selalu panjang adalah cerita tentang kita saja.

    Ya, sekali lagi aku menjebol pintu kantor itu. Ini sudah kedua kalinya. Bukan aku tidak sabaran. Aku sudah mencari kunci itu kemana-mana, bertanya pada siapa saja tapi tidak ada yang mengetahui keberadaan kunci pintu tersebut. Menunggu pun sudah aku lakukan, bahkan cukup lama walau tidak selama waktu kumencintaimu.

    Biasanya kamu akan langsung menenangkanku sembari menyeduhkan coklat panas itu kan, Da? Tapi sekarang aku mampu memeluk segala ketakutan dan kesedihanku sendiri. Bahkan, pengobatku bukan lagi coklat panas, tapi mengenang kebersamaan manis kita sudah cukup menenangkan. Walau setelahnya, aku berakhir di dalam selimut sembari menangis terisak, seperti malam ini.

    Da, maaf ya. Aku kembali memanggilmu dalam tulisanku. Sungguh, namamu masih selalu kularutkan dalam doa-doa panjangku. Semoga kelak kita dipertemukan dengan keikhlasan yang lebih luas.

Kamis, 16 November 2023

Mengaji

 Hei, aku kembali. Hari ini aku mau cerita lagi ya. Kali ini tentang sebagian masa kecilku.

    Masa kecilku tidak ada yang istimewa. Jika anak-anak perempuan berusia 6 tahun biasanya bermain masak-masakan atau mencuri alat makeup ibunya untuk mereka gunakan bersama teman-temannya belajar berdandan/mendandani boneka mereka, tidak denganku. Karena aku mempunyai kakak laki-laki, maka sejak kecil aku selalu dibelikan barang-barang yang sama dengan kakakku. Bahkan sepeda yang kupakai pun bukan sepeda berkeranjang dan berwarna merah muda seperti halnya teman-temanku yang lain melainkan sepeda bekas kakakku yang diperbaiki oleh bapak. Aku ingat sekali warna sepeda itu, hijau dengan selebor besi berwara putih.  Aku pun lebih sering bermain dengan teman-teman kakakku yang notabene laki-laki semua. Aku mulai mengenal teman perempuan sejak aktif mengaji di musholla. Kala itu, untuk pertama kalinya ibu memakaikanku baju perempuan dengan jilbab langsungan yang ada ikat karetnya di bagian kepala. Namun, karena ibuku tidak pernah memakaikanku jilbab, maka tali jilbab yang seharusnya melingkar di kepalaku itu, beliau lingkarkan di area daguku (bisa kalian bayangkan?). Karena orangtuaku sama sekali tidak pernah mengajarkan huruf hijaiyah sedari awal, aku cukup kesulitan mengikuti teman-temanku selama mengaji. Aku hanya sering melihat dan mendengar bacaan sholat bapak, terkadang aku sering tertawa saat bapak dzikir dengan cepat, karena menurutku kata-kata yang beliau ucapkan jadi terdengar lucu. Yang kudengar kala itu bukan "Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah" akan tetapi "ndulillah, ndulillah,  ndulillah." Aku tidak lama mengaji di musholla, karena setelah itu aku lebih sering bermain ketika menjelang ashar. Hinggga kemudian aku mulai aktif mengaji lagi tapi di musholla beda RT. Aku suka mengaji di sana karena yang mengajar adalah kakak-kakak sepupuku. Ada mas Wahyuri, mas Rohani, mbak Sus, mbak Dewi, mbak Kundari. Ada juga mbak-mbak yang bukan sepupuku. Mbak Yuni, mbak Tutik, dan mbak Nur.  Dari sepupuku, aku paling suka diajar ngaji oleh mbak Dewi. Karena menurutku dia paling sabar dan menurutku saat itu paling cantik. Hahaha Sedangkan yang paling kutakuti adalah mas Wahyuri, karena menurutku dia galak walau saat itu aku melihatnya ganteng diantara sepupuku yang lain. Maaf ya, mungkin aku terkesan pilih kasih. Tapi, begitulah pikiranku saat seusia itu. Mereka mengajariku huruf hijaiyah, tajwid, doa sehari-hari. Hingga aku sering sekali memenangkan perlombaan yang diadakan ketika menyambut isro' mi'roj atau maulid Nabi. Hadiah yang kudapatkan adalah buku-buku dan pena. Orangtuaku senang dan bangga karena tidak perlu lagi membelikan anaknya buku. 

    Saat sudah memasuki usia sekolah, aku sempat bertanya pada kakakku. "Mas, kalau sekolah boleh pakai celana aja nggak? Aku nggak suka pakai rok." Tentu saja kakakku hanya tertawa dan mengejekku. Karena saat itu memang aku lebih sering memakai celana, sebab sudah terbiasa sejak kecil. Selain simpel juga menghemat biaya kata ibuku, sebab tdk harus selalu beli, aku bisa memakai celana bekas kakakku. (Hehe) 

 Ketika sudah SD, aku mulai pindah tempat mengaji. Ada ustadz baru di kampung kecil kami, namanya mas Yusuf. Orangnya ganteng, suaranya serak-serak basah dan adem cara mengajarnya. Beliau sudah beristri kok, namanya mbak Nur. Cantik dan tidak kalah ademnya ketika mengajar kami mengaji. Dengan kehadiran mereka, kami jadi lebih memperdalam lagi ilmu agama kami yang masih setengah-setengah. Beliau mulai mengajarkan rukun wudhu, rukun sholat, bacaan sholat, dzikir dan tahlil. Alhamdulillah berkat mereka, aku jadi bisa sholat dan mengaji dengan lebih baik. Semoga amal jariyah guruku, selalu menjadi ladang pahala untuk mereka di manapun mereka berada. 

    Aku mulai tidak mengaji lagi saat memasuki usia SMP. Karena pulang sekolah lumayan sore ditambah banyak tugas kelompok dari guru kami saat itu. Terkadang aku menyesal kenapa aku harus berhenti mengaji dengan alasan terlalu sibuk saat itu. 

Senin, 06 November 2023

Yang Paling Kusayangi

    Aku ingin menceritakan seseorang yang sangat aku kagumi dan bisa dibilang juga kucintai dan sangat kusayang dari awal hingga hari ini. Bagiku, dia luar biasa walau kebanyakan orang tidak berkata demikian. Banyak yang menganggapnya terlalu keras pada dirinya sendiri, egois, tidak sabaran, boros, dll. Aku sangat lama memerhatikannya ketika bercermin. Dia luar biasa sekali. Hal-hal menyakitkan pernah dia lalui. Dia sudah sampai pada titik ini. Kini dia hanya bertahan untuk menjalani sisa kesempatan yang telah diberikan oleh Tuhan. Kuharap dia mampu melewatinya dengan baik-baik saja. 

Dia adalah diriku sendiri.  :)

Aku Suka Warna Hujan

    Hal yang paling kusukai dari hujan adalah suaranya, warnanya, dan baunya. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa diriku menyukai warnanya sedangkan dia begitu bening dan transpran? Begini, biar kujelaskan padamu. Warna yang kumaksud adalah cerita yang ada dan tersimpan dalam setiap rintiknya. Aku pernah menahan seseorang untuk pergi dengan kedatangan hujan. Aku juga pernah dibuat bahagia, sedih, marah dan kecewa oleh seseorang saat hujan. Memang tidak semuanya manis dan membahagiakan. Tapi bagiku, jika semua itu kulewati dengan seseorang yang kusayangi, maka cukuplah hal itu kukenang sebagai sebuah warna hujan yang kusukai.

Resolusi?

     Da, ini sudah tahun 2024. Berarti sudah 8 tahun ya kita berpisah? Rasanya baru kemarin kamu nganter aku pulang, saling merayakan kesedi...